JAKARTA – Sahabat Nabi Muhammad SAW bernama Said bin Amir nama lengkapnya Said bin Amir bin Hudzaim Al-Jumahi Al-Qurasyi.
Ia pernah menjadi gubernur di wilayah Himsh yakni sebuah wilayah di Syam yang masuk dalam pengawasan kekhalifahan Umar bin Al Khattab.
Meski menjadi gubernur, Said bin Amir hidup dengan sangat sederhana. Bahkan ketika Umar bin Al Khattab mendata penduduk miskin di wilayah Himsh, Said bin Amir termasuk dalam kelompok miskin.
Umar bin Al Khattab meneteskan air mata begitu mengetahui sahabatnya yang menjadi gubernur termasuk golongan orang yang miskin harta.
Bahkan Said bin Amir hanya memiliki satu baju dinas, tidak memiliki baju pengganti sehingga ia harus mencucinya sendiri dan mengeringkannya, kemudian memakainya kembali untuk berdinas menjadi seorang gubernur di wilayah Himsh.
Said bin Amir dikisahkan dalam buku Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah yang ditulis Syaikh Muhammad Said Mursi dan diterjemahkan Khoirul Amru Harahap Lc dan Achmad Faozan Lc serta diterbitkan ulang Pustaka Al-Kautsar 2007, suatu hari penduduk wilayah Himsh pernah mengadukan Said bin Amir kepada Umar bin Al Khattab.
Pertama, mereka mengadukan bahwa Said bin Amir tidak keluar dari rumahnya kecuali menjelang siang. Kedua, Said bin Amir di malam harinya ia tidak mau menerima tamu.
Ketiga, Said bin Amir dalam sebulan, dia dua hari tidak keluar rumah. Keempat, penduduk Himsh sering melihat Said bin Amir jatuh pingsan
Mendengar aduan ini, Umar bin Al Khattab pun memanggilnya dan menanyakan tentang kebenaran aduan penduduk tersebut kepada Said bin Amir.
Mengenai aduan yang pertama, Said bin Amir beralasan karena keluarganya tidak mempunyai pembantu sehingga setiap pagi Said bin Amir membantu istrinya mengadon roti dan menunggu istrinya sampai mengenakan jilbab. Lalu Said bin Amir berwudhu dan berangkat ke kantor gubernur.
Mengenai aduan yang kedua, Said bin Amir menjelaskan bahwa ia memperuntukkan malam hari untuk Tuhannya dan siang hari untuk mengurusi rakyatnya.
Mengenai aduan yang ketiga, Said bin Amir beralasan karena tidak punya pembantu dan ia tidak memiliki pakaian dinas pengganti sehingga ia harus mencucinya sekali dalam sebulan, dan menunggu bajunya sampai kering, baru setelah itu berangkat ke kantor menjelang siang hari.
Mengenai aduan keempat, Said bin Amir mengaku seringkali pingsan karena mengingat peristiwa yang pernah menimpa Khubaib bin Adi.
Saat itu orang-orang Quraisy memasung dan menyalibnya di sebuah pohon dan dalam kondisi seperti itu, Khubaib bin Adi sama sekali tidak menyebut tentang Nabi Muhammad SAW kecuali hal-hal yang baik.
Khubaib bin Adi juga tidak ingin selamat dari maut, sedangkan Rasulullah SAW tertusuk oleh duri.
Kemudian Khubaib bin Adi mengatakan kepada orang-orang yang menyaksikan eksekusinya termasuk Said bin Amir, “Ya Allah kalkulasilah jumlah mereka, bunuhlah mereka akibat letih menyiksaku dan janganlah Engkau biarkan salah seorang pun di antara mereka hidup.”
Said bin Amir adalah sosok sahabat yang terkenal ahli zuhud dan selalu mendarmakan uang yang diperolehnya. Said bin Amir meninggal di Syam tahun 20 Hijriyah.